Genap Tanam 1.000 Bibit Jeruk Keprok Tejakula, Unud Komitmen Dampingi Masyarakat

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Udayana kembali menanam 400 bibit jeruk keprok Tejakula dan 40 tanaman turi di 3 desa wilayah Kecamatan Tejakula Buleleng, Minggu (7/2/2020). 200 bibit jeruk keprok Tejakula dan 20 tanaman turi ditanam di Desa Tejakula, sedangkan 100 bibit jeruk keprok Tejakula dan 10 tanaman turi masing-masing ditanam di Desa Les dan Desa Bondalem.

            “Dengan kegiatan ini kita genap hari ini menanam 1.000 jeruk keprok Tejakula dan 200 tanaman turi di 4 desa wilayah Tejakula,” tutur Prof. Dewa Ngurah Suprapta didampingi tim peneliti Prof. I Gede Rai Maya Temaja, Dr. Khamdan Khalima, dan petani desa setempat. Sebelumnya LPPM Unud telah menanam bibit pohon yang sama di Desa Sembiran yang juga merupakan target budidaya jeruk unggulan Buleleng ini.

            Pihaknya meyakini bibit jeruk keprok Tejakula yang ditanam menggunakan sistem tanam tumpang sari dengan tanaman turi ini mampu berkembang dengan baik. Paling tidak dalam kurun waktu minimal 2 tahun, jeruk keprok Tejakula mampu menunjukkan kemampuan berbuah. “Bisa kita evaluasi sekitar 2 tahun lagi, tanaman ini belajar berbuah. Optimalnya 3 sampai 4 tahun, tanaman akan menunjukkan kemampuan berbuah yang optimum,” tambahnya.

            Prof. I Gede Rai Maya Temaja, peneliti yang juga Ketua LPPM Universitas Udayana mengaku, pihaknya berkomitmen melakukan pendampingan dan monitoring lapangan. Pendampingan dilakukan sejak penelitian, penanaman ke desa, hingga evaluasi dengan melibatkan mahasiswa dan dinas terkait. “Kami berkomitmen melakukan monitoring dengan apa yang kita serahkan kepada masyarakat untuk dipelihara dengan baik, apakah tumbuh dengan baik, apakah ada gangguan, juga melibatkan mahasiswa KKN, kegiatan ilmiah mahasiswa, dan monitoring dari pemerintah setempat,” tuturnya.

            LPPM Universitas Udayana turut menyerahkan biostimulan atau perangsang tanaman yang dikembangkan Laboratorium Biopestisida Fakultas Pertanian kepada petani desa setempat. Menurut Prof. Dewa Ngurah Suprapta, biostimulan ini bermanfaat memacu pertumbuhan dan ketahanan tanaman terhadap patogen seperti serangan CVPD (citrus vein phloem degeneration) yang menjadi penyebab matinya jeruk keprok Tejakula. Dengan biostimulan ini, tanaman dapat meningkatkan jumlah bulu akarnya, sehingga mampu lebih baik menyerap air dan unsur hara. Biostimulan diberikan pada bibit jeruk sebelum ditanam dan diberikan lagi pada tanah yang telah ditanami bibit. “Pada saat pembibitan sudah kita berikan (biostimulan), kemudian saat penanaman juga kita tambahkan lagi supaya di tanah tempat kita menanam bibit tersebut bisa berkembang,” tambah Prof. Dewa Ngurah Suprapta.

            Tanaman turi yang ditanam di samping bibit jeruk keprok Tejakula berfungsi menjaga kelembaban kebun dan mengurangi tingkat stres pada tanaman akibat kekeringan. Selain itu, bunga, buah, dan daunnya dapat dikonsumsi sebagai sayuran. Tanaman turi pun dapat meningkatkan keragaman hayati serangga yang bermanfaat baik bagi tanaman.

            Jeruk keprok Tejakula berjaya pada tahun 1980-an. Namun akibat serangan penyakit CVPD, popularisnya menurun bahkan punah sejak 1983. LPPM Universitas Udayana pun berupaya kembali mengembangbiakkan jeruk khas Tejakula ini dengan inovasi yang dikembangkan oleh tim peneliti. Penanaman sistem tumpang sari antara jeruk keprok Tejakula dengan tanaman turi merupakan inovasi yang pertama dikaji dan dikembangkan.(Media Udayana)

LPPM dan petani desa setempat berfoto bersama.        LPPM Unud sedang menjelaskan manfaat biostimulan kepada petani desa.        Penyerahan bibit pohon kepada kepala desa.

Penyerahan biostimulan kepada kepala desa.        Penyerahan bibit pohon kepada kepala desa        Menanam bibit pohon di Desa Tejakula.