BEM Fakultas Pertanian Gelar Diskusi Swasembada Pangan, Peringati Hari Pangan Sedunia

Badan eksekutif mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Udayana melaksanakan kegiatan diskusi dengan tema “ Swasembada Pangan, Solusi atau Polusi? ” yang bertempat di Ruang Senat Fakultas Pertanian, Gedung Agrokomplek, Universitas Udayana, pada tanggal 20 Oktober 2019. Dihadiri oleh dosen-dosen Fakultas Pertanian, mahasiswa pertanian Unud, dan mahasiswa pertanian di Bali, dengan menghadirkan 2 narasumber yaitu Dr. I Gede Setiawan Adi Putra, SP.,M.Si, dosen Fakultas Pertanian Unud dan Ir. I Made Buda, MP dari Dinas Pertanian Provinsi Bali.

Menurut ketua BEM FP Unud Ni Kadek Sri Utari, diskusi ini dilaksanakan untuk memperingati hari pangan sedunia yang jatuh pada tanggal 16 oktober 2019 dan juga mengajak seluruh mahasiswa pertanian baik dari Unud dan dari luar Unud untuk mengetahui bagaimana keadaan sektor pertanian saat ini. Mengenai tema diskusi yang dilaksanakan, dirinya mengatakan apakah swasembada pangan ini menjadi solusi atau menimbulkan polusi akibat maraknya penggunaan bahan-bahan kimia kepada pertanian, “nantinya hasil dari diskusi ini kita bisa kelapangan, bisa mencari tahu apakah swasembada pangan yang sudah dicapai Indonesia berdampak positif atau negatif bagi lingkungan,” tambahnya.

Dr. I Gede Setiawan Adi Putra, SP., M.Si, menjelaskan bahwa cara-cara bertani yang dilakukan saat ini tidak tepat dikarenakan penggunaan zat adiktif terhadap pertanian yang menyebabkan kerusakan pada tanah pertanian itu sendiri. Dirinya menambahkan kalau ingin memulihkan ketahanan pangan, kita harus mengikuti cara yang arif dan bijaksana dalam bertani dengan memperbaiki kondisi tanah saat ini, “kembalikan hidpukan lagi mikroba dalam tanah, kalo itu tumbuh dia akan membantu menguraikan tanah sehingga tanah itu menjadi sehat. Dengan kondisi tanah kita menjadi sehat, maka produksi panen akan baik dan sehat pula.”

Pembicara dari Dinas Pertanian Provinsi Bali Ir. I Made Buda, MP, mengungkap bahwa Provinsi Bali mendukung dengan terciptanya swasembada pangan, diantaranya dengan memfasilitasi kelompok tani untuk meningkatkan produksinya dan memberikan subsidi pupuk organik. Selain itu Provinsi Bali juga telah memiliki peraturan daerah yang mendukung pertanian organik, “tentu itulah yang mendukung kami, kaitannya meningkatkan swasembada pangan.”

Wakil Dekan I Fakultas Pertanian Dr. Ir. Ni Luh Katini, MS, yang membuka kegiatan diskusi ini mengatakan banyak sekali aspek yang saling terhubung dalam mendukung pertanian di Bali. Seperti kondisi airnya untuk pertanian, kaitan yang tidak bisa dipisahkan dengan pariwisata, maupun pihak pemprov Bali yang mendukung untuk kemajuan dibidang pertanian. Sehingga semua ini saling berkaitan dengan pemasalahan ketahanan pangan, dimana pertanian bisa menyediakan pangan untuk dikonsumsi dan juga sehat, “disini ada pilihan, apakah kita akan mengkonsumsi pangan yang organik atau pangan yang penuh dengan bahan-bahan polutan,” pungkasnya.