Bertukar Ilmu Dengan Mahasiswa Asal Korea Selatan

Dokumentasi mahasiswa Ilmu Sejarah dengan Joyeon Park usai General Lcture

Denpasar – Siapa tak mengenal negara Korea Selatan. Salah satu negara paling maju dalam bidang teknologinya dan mendapat julukan “Macan Asia”. Tidak heran bila negara ini banyak mengexpor barang-barang elektronik ke negara-negara tetangganya salah satunya Indonesia. Selain teknologi, negara ini juga terkenal dengan kesenian dan budayanya yang khas. Kecerdasan orang-orang Korsel ini telah mampu mengexplorasikan kesenian dan budayanya melalui film-film yang berhasil digandrungi oleh orang-orang Indonesia. Menarik bukan?. 

Jumat (24/02) Gedung Ir. Soekarno sontak dipenuhi oleh mahasiswa Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Unud. Hari ini salah seorang dosen Ilmu Sejarah Prof.Dr.Phil. I Ketut Ardhana, M.A. mengajak mahasiswa Ilmu Sejarah untuk mengikuti kuliah umum bersama Joyeon Park mahasiswa asal Korea Selatan yang tengah mengambil Master di Kajian Budaya Unud. “ Berkaitan dengan matakuliah Sejarah Kawasan, Korea selatan merupakan salah satu kajian yang cukup penting untuk dipelajari, mahasiswa perlu tahu apa saja kelebihan negara-negara luar jika dibandingkan dengan Indonesia. Sehingga negara-negara tersebut dapat dijadikan sebagai cerminan dan intropeksi untuk Indonesia, bila negara lain bisa maju mengapa Indonesia tidak? Apa yang salah dengan Indonesia? Tutur Prof. Ardhana.

Joyeon Park saat memberikan materi General Lecture

Korea Selatan merdeka pada tanggal 15 Agustus 1945, selisih dua hari dengan tanggal kemerdekaan Indonesia. Hebatnya, Korea Selatan dapat maju lebih pesat dibandingkan Indonesia. Padahal sebelum Korsel merdeka, sempat terjadi perang saudara dengan Korea Utara yang mengakibatkan ekonomi Korsel sangat lemah.

“Korsel memisahkan diri dengan Korea Utara karena memang kami tidak sepaham. Dan setelah perang saudara itu belum lagi dampak dari PD II membuat ekonomi Korsel sangat lemah. Dan membuat kami harus memulainya dari nol. Nah disitulah pemerintah dan asyarakatnya berkomitmen untuk membangun Korsel dengan modal rajin, disiplin dan kerja keras. Di Korsel semua laki-laki diharuskan mengikuti wamil selama dua tahun itu semata-mata untuk bekal pertahanan negara. Di Korea Selatan jam kerja pagi sampai jam Sembilan atau sepuluh malam bukan delapan jam. Dan dari segi budaya kami masih menjalankan tradisi-tradisi leluhur.” Jelas Joeyon Park ketika memberikan kuliah umum.

Mungkin Korea Selatan dapat dijadikan salah satu negara yang dapat dijadikan sebagai panutan bagi Indonesia. Terkadang orang Indonesia kurang bangga dengan negaranya sendiri, pesimis dan terlalu bangga melihat negara-negara lain, apalagi produknya. Mungkin merupakan salah satu faktornnya. Padahal orang-orang diluar Indonesia seperti Joyeon Park justru terkagum dengan Indonesia. Joeyon Park memutuskan untuk study di Unud karena ia suka dengan budayanya. Kini ia sedang meneliti salah satu Pura di Bali, dan lontar menjadi salah satu bahannya. Sedangkan suaminya yang telah bergelar Profesor pernah meneliti Babi Guling di Bali. “ Mereka jauh-jauh datang ke Bali hanya untuk study Lontar, dan budaya Bali. Lama-lama yang menjadi ahli budaya tentang Bali adalah orang Korea. Dengan demikian apakah kita tidak bangga dengan budaya kita? Terutama lontar yang sudah banyak ditinggalkan oleh kaum muda. “ guyon Prof. Ardhana. (Isma)