Program Doktor Kajian Budaya Unud Gelar Webinar Kajian Budaya, Tepat di Hari Sumpah Pemuda
Program Doktor Kajian Budaya Fakultas Ilmu BUdaya Universitas Udayana menyelenggarakan Webinar mengusung tema “Eksplorasi Kearifan Lokal lewat Riset yang Berdampak Universal” sekaligus perayaan Hari Sumpah Pemuda ke-97 yang berlangsung secara daring pada 28 Oktober 2025.
Webinar menampilkan dua pembicara utama yaitu Direktur PPM Kemdiktisaintek, Prof. I Ketut Adnyana, M.Si., Ph.D., dan Putu Eka Guna Yasa, Ph.D. Student, Ecole Pratique des Hautes Etudes – Paris/ Dosen FIB Universitas Udayana. Acara dipandu oleh Dewa Ayu Carma Citrawati, Ph.D Student Hamburg University sekaligus dosen FIB Unud. Acara diawali pengantar oleh pelaksana webinar, Koordinator Program Studi S3 Kajian Budaya Unud, Prof. I Nyoman Darma Putra, Ph.D., serta dilanjutkan dengan sambutan Rektor Universitas Udayana, Prof. Ir. I Ketut Sudarsana, S.T., Ph.D., yang sekaligus membuka webinar.
Dalam sambutannya, Rektor Unud Prof. Sudarsana menegaskan relevansi tema dengan visi Unud dalam mengembangkan riset berbasis kebudayaan yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memberi manfaat luas bagi masyarakat global. Melalui Pola Ilmiah Pokok (PIP) Kebudayaan, Universitas Udayana menempatkan kebudayaan sebagai sumber produksi gagasan, inovasi, dan solusi bagi persoalan kontemporer mulai dari kesehatan tradisional, sistem irigasi, seni, hingga potensi pengembangan wellness tourism berbasis pengetahuan lokal.
Menurut Rektor, webinar ini juga memperlihatkan pentingnya membangun jembatan epistemik antara tradisi dan kebijakan publik. Ketika sumber-sumber lokal dikaji melalui metodologi ilmiah modern, hasilnya tidak hanya memperkaya khazanah akademik, tetapi juga memberi justifikasi ilmiah terhadap praktik kultural yang selama ini diposisikan sebagai “adat” belaka. Dengan demikian, riset kebudayaan berpotensi mempengaruhi desain program pendidikan, kesehatan, ekonomi kreatif, hingga tata kelola pariwisata yang lebih kontekstual dan berelasi dengan identitas lokal masyarakat.
Diharapkan, webinar ini bukan sekadar seremoni akademik, melainkan sebuah demonstrasi konseptual bahwa produksi ilmu tidak harus dimulai dari nol. Indonesia memiliki reservoir kearifan, yang bila diolah melalui riset yang disiplin, dapat menjadi sumber pembaruan intelektual, inovasi teknologi, dan legitimasi etis bagi kebijakan nasional maupun global. Dengan pelaksanaan webinar ini, Universitas Udayana menegaskan posisinya sebagai institusi yang tidak hanya merawat tradisi, tetapi juga mengangkatnya ke gelanggang percakapan ilmu pengetahuan dunia.
Narasumber pertama, Putu Eka Guna Yasa, memaparkan riset bertajuk Wārabhoga suatu telaah atas disiplin makan para pertapa Śiva dalam sastra Kawi dan Bali yang menunjukkan bahwa relasi antara pola makan, kejernihan intelektual, dan ketahanan mental telah lama hadir dalam khazanah lokal sebelum dirumuskan dalam ilmu gizi modern. Melalui naskah-naskah seperti Lontar Tattva Brata, Geguritan Lodha, hingga Kakawin Rāmāyana, ditemukan etika dan ritme makan sebagai praktik pembentukan disiplin diri, yang kini menemukan padanan dalam konsep mindful eating, regulasi sirkadian, hingga autophagy. Perspektif ini diposisikan sebagai potensi referensi konseptual bagi desain kebijakan publik modern, termasuk program MBG (Makan Bergizi) untuk generasi emas 2045.
Pada sesi paparan kedua, Direktur PPM Kemdiktisaintek, Prof. I Ketut Adnyana, M.Si., Ph.D., memaparkan bahwa kearifan lokal Indonesia seperti Tri Hita Karana, Asta Bumi, Nyepi, hingga ritual 'Tumpek' bukan sekadar artefak simbolik, melainkan warisan epistemik yang kompatibel dengan sains modern. Melalui kerangka Satyam Siwam Sundaram, Prof. Adnyana menekankan bahwa kebenaran ilmiah, kebermanfaatan etik, dan keindahan ekspresi perlu dipadukan agar riset tidak berhenti sebagai pengetahuan elitis, tetapi menghasilkan dampak sosial yang terukur. Skema nasional seperti Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) ditunjukkan sebagai contoh kebijakan integratif yang mengonversi kearifan lokal menjadi ekosistem pengetahuan dan inovasi yang produktif dan berorientasi luaran.
Kegiatan yang dimoderatori oleh Dewa Ayu Carma Citrawati ini menutup diskursus dengan penegasan bahwa kearifan lokal hanya akan bersuara universal apabila dibaca ulang secara kritis, dipertemukan dengan pertanyaan zaman, dan diolah dalam kerangka riset yang berdampak. Universitas Udayana berharap spirit ini terus mengakar dalam kerja akademik lintas disiplin dan lintas institusi, sehingga kebudayaan tidak berhenti sebagai memori, melainkan menjadi mesin konseptual bagi masa depan ilmu pengetahuan dan kemanusiaan.
