Universitas Udayana Tegaskan Komitmen Menuju Bali Bebas Rabies 2030 melalui Seminar Nasional dan Workshop Veteriner III 2025

Denpasar — Universitas Udayana melalui Fakultas Kedokteran Hewan kembali menegaskan komitmennya untuk berperan aktif dalam upaya mengeliminasi rabies dari Pulau Bali. Komitmen tersebut disampaikan dalam Seminar Nasional dan Workshop Veteriner III Tahun 2025 yang mengusung tema “Bersama Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Hewan dan Zoonosis: Menuju Bali Bebas Rabies 2030.” bertempat di Inna Sindu Beach Hotel (Jumat, 17 Oktober 2025). 

Kegiatan ini dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Udayana Prof. Dr. Gusti Ngurah Alit Susanta Wirya, S.P., M.Agr, dan turut hadir Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Unud Dr. drh. I Gusti Ngurah Sudisma, M.Si., Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementerian Pertanian RI Dr. drh. I Ketut Wirata, M.Si., Ketua Kelompok Ahli Provinsi Bali Prof. Dr. I Made Damriyasa, M.S., Bandesa Agung Majelis Desa Adat Provinsi Bali Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet, serta akademisi, peneliti, praktisi, organisasi profesi, dan perwakilan lembaga pemerintah maupun NGO.Serta hadir perwakilan dari 12 Fakultas Kedokteran Hewan di seluruh Indonesia, seperti UGM, IPB, UNAIR, Hasanuddin, Andalas, Brawijaya, Unpad, Undana, dan Warmadewa, yang memperkuat semangat kolaborasi lintas sektor dan disiplin ilmu untuk mewujudkan cita-cita “Bali Bebas Rabies 2030.”

Dalam sambutannya, Prof. Dr. Gusti Ngurah Alit Susanta Wirya menegaskan bahwa rabies bukan sekadar isu teknis kedokteran hewan, melainkan ancaman multidimensi yang memengaruhi kesehatan, keamanan, hingga citra pariwisata Bali. “Kita berkumpul bukan sekadar memenuhi kewajiban akademik, tetapi menyalakan kembali api perjuangan yang lahir dari keprihatinan mendalam. Rabies bukan hanya data statistik,  ia adalah jeritan dan kehilangan,” ujarnya.

Beliau menilai bahwa misi “Bali Zero Rabies by 2030” bukan sekadar slogan, melainkan deklarasi perang total terhadap penyakit zoonosis yang dapat dicegah. Universitas Udayana, lanjutnya, siap berada di garis depan perjuangan ini melalui implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi. “Di bidang pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan mencetak patriot kesehatan, bukan sekadar teknokrat veteriner. Di bidang penelitian, hasil riset harus menjadi peta jalan kebijakan. Di bidang pengabdian, kita mendobrak pintu ketidaktahuan di desa adat,” tegasnya.

Menutup sambutannya, beliau menyampaikan apresiasi kepada panitia serta seluruh pihak yang terlibat dan menegaskan kembali tekad Unud untuk terus berjuang hingga Bali benar-benar bebas rabies.  “Semoga api perjuangan ini terus menyala hingga hari kita dapat berdiri tegak dan berkata: Bali Bebas Rabies!” pungkasnya.

Sementara itu, Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Dr. drh. I Gusti Ngurah Sudisma, M.Si., dalam sambutannya menyampaikan bahwa seminar ini merupakan wujud nyata komitmen perguruan tinggi dalam mewujudkan Kampus Berdampak melalui kontribusi terhadap isu kesehatan masyarakat dan kesejahteraan hewan.
 “Kegiatan ini bukan sekadar forum akademik, tetapi momentum untuk menyatukan semangat dan tujuan besar: berkontribusi nyata terhadap penanganan rabies dan mewujudkan semangat Kampus Berdampak,” ujarnya.

Dr. Sudisma menjelaskan bahwa kegiatan ini diharapkan mampu melahirkan Pedoman Operasional Penanganan Rabies sebagai dokumen kolaboratif yang menyatukan riset ilmiah, pengalaman lapangan, dan kebijakan lintas sektor.“Kami ingin memastikan hasil forum ini bukan sekadar laporan kegiatan atau publikasi ilmiah, tetapi menjadi dokumen rujukan nasional yang bisa diterapkan dan disempurnakan bersama,” tambahnya.

Pada kegiatan ini, terdapat dua sesi pleno yang dipandu oleh drh. I.B. Windia Adnyana, Ph.D., akademisi dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.
Pada Pleno Pertama, sesi diawali dengan paparan dari Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian RI, yang membawakan topik “Situasi Rabies dan Kebijakan Pengendalian Penyakit Rabies pada Hewan.” Paparan berikutnya disampaikan oleh Koordinator Kelompok Ahli Pembangunan Provinsi Bali, dengan topik “Estafet Regulasi dan Penegakan Hukum dalam Pengendalian Rabies di Bali.”

Sementara itu, pada Pleno Kedua  diawali dengan pemaparan dari Bendesa Agung Majelis Desa Adat Provinsi Bali, yang mengangkat topik “Peran Adat dan Budaya dalam Mendukung Program Bali Bebas Rabies.” Sesi dilanjutkan dengan paparan ilmiah dari kalangan akademisi yang disampaikan oleh drh. I.B. Windia Adnyana, Ph.D. dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana dengan topik “Menuju Bali Bebas Rabies 2030: Strategi Terpadu untuk Zero by 30.”