BBR 2017 Gandeng Frank William Museum Patung Burung Udayana: Jangan Tunggu Langka Untuk Jaga Satwa

Suasana penutupan kegiatan BBR 2017 dengan foto bersama

Himpunan Mahasiswa Biologi (Himabio) Udayana gelar kegiatan yang bertajuk ‘Bali Birdwatching Race 2017’. Kegiatan ini merupakan program kerja dari Himabio sendiri, dan sekaligus kegiatan ini digelar dalam rangka memperkenalkan Biologi Udayana dan upaya konservasi dini pada satwa liar yaitu burung. Kegiatan ini dilaksanakan di Gunung Payung Cultural Park, Desa Kutuh, Kuta Selatan, Badung, selama tiga hari sejak hari Jumat (12/05) diadakan pembukaan kegiatan ini lalu ditutup pada Minggu (14/05). Demi kesuksesan kelangsungan acara ini, kegiatan BBR ini melibatkan panitia yang berasal dari mahasiswa Prodi Biologi sendiri, Dosen yang ada di lingkungan Biologi Udayana, Desa Kutuh, Kuta Selatan, Pihak Gunung Payung Cultural Park, kelompok pengamat burung Kokokan Bali, Frank William Museum Patung Burung Universitas Udayana. Dan juga tentu panitia telah melakukan berbagai macam persiapan, seperti pemilihan lokasi acara, penentuan tema beserta seluruh berkas acara, undangan ke calon peserta di beberapa pulau di Indonesia seperti Jawa, Sumatra, Bali dan Nusa Tenggara.

Setelah melakukan kegiatan kuliah umum dan pengamatan bersama di Pulau Serangan pada 6 hingga 7 Mei lalu dalam rangka rangkaian acara memperingati Hari Migrasi Burung Dunia, kali ini BBR 2017 digelar dalam bentuk perlombaan yang dibedakan dalam dua kategori. Kedua kategori tersebut adalah lomba pengamatan burung dan lomba fotografi online. Perlombaan pengamatan burung ini terdiri dari beberapa penilaian, yakni pertama adalah artikel mengenai Jalak Bali yang dilakukan pada saat hari pertama berlangsung. Dengan beberapa kriteria penilaian, seperti format penulisan, susunan kata dan jumlah kata antara 400 hingga 500. Kemudian penilaian kedua dari pengamatan burung, peserta berjalan dengan peta tracking yang telah dibuat sebelumnya. Pada tracking ini peserta diwajibkan untuk mendeskripsikan dan membuat sketsa burung yang telah diamati sepanjang jalur tracking. Kemudian penilaian ketiga adalah kuis yang diberikan oleh 2 pemateri yakni bapak Sudaryanto mengenai jenis burung di Bali dan bapak Syaifudin mengenai tebak suara burung yang dilakukan saat hari kedua setelah tracking. Selain itu penilaian juga dilihat dari keaktifan tim. Persentase penilaian diibedakan menjadi dua yakni untuk pemula dan untuk tingkat lebih tinggi, agar penilaian adil merata sesuai dengan tingkatan. Untuk lomba fotografi dilakukan secara online, peserta mengirimkan minimal dua foto dengan kriteria satu wajib kingfisher dan satu foto bebas, dengan kriteria editing yang sudah ditetapkan. Dalam perlombaan tidak diadakan babak penyisihan, penilaian dilakukan merata sekali waktu pada setiap kategori perlombaan.

Adapun juri yang berpartisipasi dalam perlombaan ini yakni, bapak Sudaryanto yang merupakan dosen Biologi FMIPA Udayana, ibu Eswaryanti yang merupakan perwakilan dari Frank Wiilliam Museum Patung Burung Udayana dan selaku pembina kemahasiswaan, bapak Syaifudin yang menjadi perwakilan dari kelompok pengamat burung Kokokan Bali. Dan untuk lomba fotografi melibatkan juri yakni Yuyun Yanwar, bapak Willy, dan bapak Budi dari Satwa Alam bali yang merupakan photographer satwa liar. Dan dalam kegiatan ini mampu mengumpulkan peserta sebanyak 21 tim untuk kategori pengamatan burung, juga 14 orang untuk kategori fotografi online. “harapan nya, melalu acara ini agar seluruh pihak terkait, baik peserta, maupun panitia dan dosen serta masyarakat lebih menjaga kelestarian alam dengan tidak menembak burung atau mensangkarkan burung karena pada dasar nya burung jauh lebih indah di alam. Selain itu, Indonesia merupakan negara dengan megabiodiversity harus tetap dijaga keanekaragamannya. Pesan yang ingin disampaikan pada setiap orang adalah jangan menunggu langka untuk menjaga satwa, kehilangan satu satwa hari ini memungkinkan kehilangan banyak satwa esok hari”, tutur Laksmi selaku panitia penyelenggara BBR 2017. (Silya)