PERKEMBANGAN DETEKSI PENYAKIT TANAMAN BERBASIS BIOTEKNOLOGI
Ketahanan pangan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan nasional. Ketahanan pangan sebagai salah satu program nasional didukung oleh semua komponen masyarakat dengan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat untuk memenuhi konsumsi rumah tangga dari waktu ke waktu. Usaha peningkatan produksi tanaman selalu menghadapi berbagai kendala, salah satu di antaranya adalah serangan hama dan penyakit tanaman. Mikroba patogen banyak menimbulkan penyakit yang serius dan menghambat produksi tanaman pangan dan hortikultura di Indonesia. Misalnya, penyakit busuk buah kakao disebabkan oleh Phytophthora palmivora dan P. capsici, nematode, parasit tanaman Pratylencus coffeae menyerang akar kopi, nematoda Meloidogyne incog nita menyerang tanaman sayuran, penyakit tungro pada tanaman padi disebabkan oleh virus tungro (Rice Tungro Sphaerical Virus, RTSV), Altenaria porri menyerang daun bawang, Fusarium oxysporum menyerang akar dan batang mentimun, dan penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD) menyerang tanaman jeruk.
Usaha pencegahan penurunan produksi tanaman akibat serangan hama dan penyakit diperlukan strategi pengendalian hama dan penyakit tanpa merugikan lingkungan. Di samping itu, diperlukan pula kajian tentang proses terjadinya serta berkem bangnya suatu penyakit tanaman (Sritamin, 2007a). Hama penyakit yang memiliki sebaran yang sangat luas serta mampu menghasilkan strain-strain yang memiliki sifat genetik, biokimia, dan pato genitas berbeda, sehingga tidak mudahdideteksi dengan metode konvensional. Di sisi lain, deteksi menggunakan metode inang alternatif dan tanaman indikator membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga tidak praktis digunakan sebagai alat analisis rutin.
Usaha-usaha alternatif dalam pengadaan bahan pangan atau usaha pertanian yang selaras dengan usaha pelestarian sumber daya yang ada sangat diperlukan. Bioteknologi merupakan suatu teknik yang memanfaatkan organisme hidup atau bagian dari organisme untuk memodifikasi produktivitas memperbaiki mutu tanaman untuk tujuan-tujuan spesifik.
Pentingnya bioteknologi secara strategis dan potensinya untuk kontribusi dalam bidang pertanian mulai menjadi kenyataan yang semakin berkembang. Bioteknologi dalam kebijaksanaan nasional digolongkan ke dalam bidang IPTEK yang pelu dikembangkan. Dua bidang terbesar dalam penerapan bioteknologi adalah bidang pertanian dan kesehatan (Pokatong). Perkembangan penelitian di bidang biologi, biokimia, dan fisik, memungkinkan sel dan molekul-molekul menjadi target dalam kegiatan bioteknologi (Budianto, 2002 dan Chawla, 2002).
Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan, fenomena fenotipik dan genotipik yang semula dapat diakses melalui pendekatan morfologi, kultural, fisika dan biokimia kini dapat dilacak hingga tingkat molekuler. Diawali dengan pertemuan DNA (Deoxyribonucleic Acid), bidang biologi molekuler semakin merambah ke berbagai bidang ilmu-ilmu kehidupan, pertanian, dan kedokteran hingga ke aplikasi industri. Oleh karena itu, penguasaan dasar serta teknik biologi molekuler perlu dimiliki oleh praktisi dan ilmuwan. Salah satu teknik dasar biologi molekuler adalah kloning ekspresi yang digunakan untuk mempelajari fungsi protein. Pengetahuan di bidang biologi molekuler diharapkan dapat meningkatkankan potensi penelitian, seperti di bidang biologi, kedokteran. serta dapat dintegrasikan di bidang ilmu aplikasi lainnya, salah satunya deteksi dini penyakit infeksi berbasis antibodi spesifik terhadap protein yang diyakini sebagai marker molekuler timbulnya infeksi. Sampai saat ini metode analisis cepat dan banyak digunakan untuk deteksi patogen adalah metode immuno assay yang reaksinya berdasarkan pada reaksi antigen-antibodi.
Antibodi merupakan bentuk respon spesifik terhadap benda asing yaitu protein imunoglobin yang disekresikan oleh sel B yang teraktifasi oleh antigen (Rantam, 2003). Antibodi digunakan untuk mengetahui letak molekul target dengan resolusi yang tinggi. Sebagai alat bantu dalam bidang biokimia, antibodi dapat digunakan untuk mendeteksi dan menentukan jumlah molekul-molekul yang diekspresikan oleh sel maupun organ. (Bruce Alberd et al., 1994 dan Sritamin, 2007a). Untuk pengembangan antibodi sebagai suatu vaksin diperlukan karakterisasi antibodi untuk mengevaluasi terhadap sensitifitas dan spesifitasnya menggunakan teknik imunoblotting diantaranya metode ELISA, Dot Blot dan Western Blot. Seiring dengan pesatnya perkembangan di bidang bioteknologi, perkembangan metode deteksi penyakit oleh virus juga berkembang sangat pesat (Karasev, 2000).