UREKA 16 Rebut Juara dalam National Concrete Competition 2019

Mahasiswa Udayana kembali mengharumkan nama Udayana dengan meraih juara tiga dalam National Concrete Competition 2019. National Concrete Competition 2019 merupakan salah satu lomba dalam rangkaian acara Civil Carnival yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan PT. Jadi Kuat Bersama.

Pada National Concrete Competition 2019 yang digelar sejak tanggal 23-24 April 2019, Udayana mengirimkan dua tim perwakilannya yang masing-masing terdiri dari tiga orang mahasiswa Teknik Sipil untuk berkompetisi dan bersaing dengan universitas-universitas di seluruh Indonesia. Dalam lomba ini, mahasiswa saling bersaing untuk mencari inovasi-inovasi baru mengenai pembuatan beton yang lebih ekonomis namun memiliki mutu tinggi dan tentunya dengan mempertimbangkan aspek lingkungan serta sosial. Terdapat lima tim yang berhasil masuk babak final, yaitu perwakilan dari ITS, UGM, UNUD, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, dan UNS.

Dari dua tim perwakilan yang dikirim Udayana, namun hanya satu tim yang lolos babak final dan merebut juara tiga. Dalam mengikuti National Concrete Competition 2019, persiapan dan pelatihan-pelatihan dilakukan selama tiga bulan serta dibimbing oleh para dosen agar mendapatkan perencanaan yang matang mengenai pembuatan beton SCC.

Pada kompetisi ini, mahasiswa Teknik Sipil Universitas Udayana berhasil membuat inovasi-inovasi baru mengenai pembuatan beton SCC. Rae Christian, salah satu anggota yang memenangkan National Concrete Competition 2019 menyatakan, dalam pembuatan beton SCC, mereka menggunakan abu sekam padi sebagai substitusi pengganti semen dengan proporsi tertentu, bahan ini digunakan dengan pertimbangan kandungan silika yang terdapat dalam abu sekam padi, dan ketersediaan limbah ini yang cukup banyak. Melalui data Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu sebanyak 11.565.173 ton gabah kering giling yang terdapat pada bulan maret 2018, hal ini menjadi pertimbangan untuk menjadikan abu sekam padi sebagai substitusi untuk menggantikan pemakaian semen. Selain itu, dalam pembuatan beton ini, mereka menggunakan batu tabas sebagai pengganti kerikil. Batu tabas atau scoria basaltic ini merupakan hasil letusan gunung agung di daerah Karangasem. Batu-batu ini dapat ditemukan pada pengrajin yang ada di sepanjang Jalan Prof. Dr. Ida Bagus Mantra, limbah sisa hasil pembuatan pelinggih yang tidak digunakan ini hanya dibiarkan menumpuk begitu saja pada area kerja para pengrajin ini, sehingga apabila mereka menggunakan batu tabas ini maka dapat mengurangi limbah yang ada. Mereka juga menggunakan gula sebagai pengganti admixture karena mudah didapat dan tidak merusak lingkungan. Namun bahan-bahan tersebut memiliki proporsinya masing-masing.(plt)