BELAJAR JURNALIS, MELALUI TONTOTAN FILM

Suasana saat acara Nonton Bareng Kanaka di Gedung Goris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana.

Denpasar – Jumat (06/10), Tepat pukul 15.00 wita, di ruang 5 Gedung Goris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana tampak dipenuhi oleh puluhan mahasiswa. Mereka sedang menyaksikan Film “The Years Living Dangerously” milik Peter Weir yang dirilis pada tahun 1983. Saat itu sedang berlangsung kegiatan Nobarka (nonton bareng Kanaka) yang diselnggarakan oleh Lembaga Pers Mahasiswa KANAKA, sebagai salah satu metode pembelajaran dalam bidang jurnalistik.

“Film ini menceritakan kisah petualangan seorang wartawan Australia yang ditugaskan meliput situasi di Jakarta pada tahun 1965, sebelum hingga saat G30S. Tujuannya adalah agar peserta yang ikut dalam acara Nobar ini, khususnya anggota Kanaka mengetahui bagaimana cara kerja seorang jurnalis, yang dihadapkan dalam situasi yang sulit bahkan hingga bertaruh nyawa hanya untuk mendapatkan berita yang obyektif dan tidak berat sebelah” ujar Deo Agung Prakoso ketua Kanaka itu.

Menjadi seorang wartawan tidak cukup hanya sebatas melaporkan berita. Melainkan dibutuhkan kerja keras, disiplin dan keberanian untuk mendapatkan berita yang seobyektif mungkin dan sebisa mungkin menghindari subyektifitas.

“Melihat dari film itu ternyata menjadi seorang wartwan itu tidak mudah, butuh disiplin, kerja keras dan berani untuk bisa mendapatkan berita yang aktual dan tentunya benar adanya”, tambah deo.

Tidak hanya Nonton bareng, namun LPM Kanaka juga telah banyak menghasilkan karya tulis. Salah satunya adalah media cetak berupa majalah, bulletin dan mading. Belajar menulis tidak melulu dengan selalu membaca buku. Melainkan juga bisa dilakukan dengan menonton film.

“Harapan saya dari terlaksananya acara Nobar ini dapat memicu timbulnya rasa keinginyahuan terhadap pekerjaan sebagai jurnalis handal, serta penyemangat bagi rekan-rekan anggota LPM Kanaka untuk dapat mengeluarkan karya-karya yang progresif revolusioner agar dapatmengembalikan hegemoni LPM Kanaka seperti dahulu di Fakultas Ilmu Budaya.” Ujarnya lagi. (Ism)