PERAN PENGELOLAAN AIR UNTUK MENUNJANG KETAHANAN PANGAN

Manusia membutuhkan air dan pangan untuk hidup. Air dibutuhkan langsung untuk air minum dan juga untuk keperluan rumah tangga. Dalam skala yang lebih luas, air dibutuhkan utnuk keperluan peternakan, irigasi, perikanan, pariwisata dan industri. Semua aktivitas ini membutuhkan air dalam jumlah besar dan ke depan kebutuhannya menjadi lebih besar lagi. semua aktivitas tersebut akan berlangsung normal apabila senantiasa kebutuhan airnya selalu bisa terpenuhi.

Di bidang pertanian, ketersediaan air ini merupakan salah satu penentu untuk dapat menjamin pertumbuhan dan produksi tanaman secara optimal. Sumber air dari curah hujan sering tidak cukup, terutama pada musim kemarau. Bahkan, meskipun sudah ada irigasi juga seringkali mengalami kekurangan. Di masa yang akan datang, untuk meningkatkan produksi pangan kebutuhan akan air juga akan semakin meningka.

Ketersediaan air, pertumbuhan tanaman, produksi pangan, dn ketahanan pangan merupakan satu urutan mata rantai yang berhubungan erat. Pertumbuhan tanaman tidak mungkin baik kalau airnya kurang, produksi tidak mungkin tinggi kalau pertumbuhan tanaman tidak baik, ketahanan pangan akan bermasalah apabila produksi rendah. Dapat dikatakan tinggi rendahnya produksi pangan sangat tergantung pada ketersediaan air atau mantap tidaknya ketahanan pangan tergantung pada ketersediaan air. Apabila persediaan air cukup, maka produksi akan tinggi sehingga ketahanan pangan menjadi mantap atau sebalikny. Harapan yang ideal adalah agar ketahanan pangan selalu kondisinya mantap sepanjang waktu.

Masalah yang dihadapi belakangan ini dan juga ke depan adalah kurangnya ketersediaan air atau krisis air dan juga tidak atau kurangnya ketahanan pangan. Permasalahan bertambah dengan adanya tuntutan secara alamiah untuk meningkatkan produksi sekaligus ketahanan pangan dengan meningkatnya jumlah penduduk. Ironi yang di hadapi justru tuntutan peningkatan produksi dan ketahanan pangan harus dicapai sementara sumberdaya air yang merupakan kunci untuk mencapainya ketersediaannya menurun. Faktor-faktor lain yang juga berpengaruh adalah perubahan tanaman, kondisi lahan, perubahan iklim dan kemajuan iptek di bidang pertanian.

Kenyataan ini ditunjang oleh hasil penelitian Tim Peneliti Unud (1998) yang mendapatkan bahwa permasalahan yang menyangkut ketersediaan dan kebutuhan air di Bali diantaranya adalah meningkatnya kebutuhan air dimasa mendatang, menurunnya daya dukung lingkungan terhadap kelestarian fungsi dan manfaat sumberdaya air serta menurunnya kualitas air sungai akibat prilaku masyarakat terutama masyarakat industri. Hal ini diperkuat oleh Wirawan (1990) yang mengemukakan bahwa Bali pada tahun 2000, ketersediaan airnya 1.420 x 10m3 dan kebutuhan 1.603 x 106 m3 atau perbandingan antara kebutuhan dan ketersediaan 113%. Lebih-lebih pada tahun 2008 ini dan seterusnya kebutuhan air sudah pasti terus akan lebih meningkat lagi. Pada kondisi seperti ini, justru pengelolaan air yang mantap menjadi semakin penting peranannya, untuk bisa mencukupi kebutuhan air tanaman atau paling tidak dapat meminimalisasi kekurangannya, untuk dapat menunjang ketahanan pangan.