SINERGI TUJUAN PERTUMBUHAN EKONOMI, PELESTARIAN LINGKUNGAN DAN BUDAYA

Pemerintah Indonesia telah berhasil dalam pembangunan ekonomi selama hampir empat dekade terakhir. Selama 32 tahun (1965-1997), telah berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi, rata-rata 7% per tahun; dan selanjutnya sejak 1998 telah mampu mengendalikan krisis moneter yang dialami sejak tahun 1997, yang kemudian menjelma menjadi krisis ekonomi. Dalam tiga dekade, sebelumnya (1966-1996), pemerintah Indonesia telah mampu memperlambat laju tingkat kemiskinan. Empat puluh persen penduduk Indonesia yang tergolong  miskin pada tahun 1996 telah mendapatkan 19% dari pendapatan nasional. Proporsi ini meningkat dari hanya 12% pada tahun 1965. Namun, Keberhasilan ini tidak diraih begitu rupa tanpa pengorbanan. Pola pembangunan yang dilaksanakan selama periode tersebut, telah menimbulkan permasalahan yang terkait dengan berkelanjutan (sustainability) sumberdaya, baik yang dapat diperbarui (renewable resources), maupun yang tidak dapat diperbarui (non renewable resources), serta biaya sosial dan ekonomi dari pengembangan industri dan daerah perkotaan.

Empat puluh tahun yang lalu, tahun 1965, Indonesia termasuk katagori negara yang termiskin diantara negara berkembang lainnya. Pendapatan per kapita penduduknya di seluruh pelosok negeri, harapan hidup di bawah rata-rata negara berkembang. Namun, melalui pembangunan pedesaan dan industri, pemerintah Indonesia mampu menggerakan roda perekonomian dan memperbaiki standar hidup melaui penurunan angka kemiskinan serta memperbaiki harapan hidup secara nyata.

Disadari oleh banyak kalangan, bahwa perkembangan di bidang perekonomian memunculkan masalah lain, seperti polusi industri. Polusi dapat menurunkan kualitas lingkungan hidup, Pertanda terjadinya polusi industri dapat diketahui melalui meningkatnya permintaan oksigen atau Biological Oxygen Demand (BOD). Oleh karena itu perkembangan industri yang ditujukan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi harus dikendalikan. Pengendalian itu ditujukan untuk mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dengan kualitas lingkungan. Seandainya keseimbangan ini diabaikan maka pembangunan akan memberikan dampak yang negatif terhadap lingkungan hidup.

Pembangunan ekonomi yang mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat memicu permasalahan lingkungan sebagai berikut :

  1. Perubahan fungsi dan tatanan lingkungan hidup fisik.
  2. Menurunnya daya dukung dan kualitas lingkungan hidup fisik.
  3. Adanya ego-sekoral membawa dampak pada tumpang tindihnya pengelolaan lingkungan. Keadaan yang demikian ini yang mencerminkan pengelolaan lingkungan yang tidak terpadu.
  4. Pengerusakan dan pencemaran lingkungan, seperti penebangan liar, yang destruktif, alih fungsi hutan bakau, pengambilan pasir laut dan pengerusakan terumbu karang.
  5. Banyak lahan tidur diperkotaan yang membawa dampak pada kurang efektif optimalnya pemanfaatan ruang/wilayah perkotaan.
  6. Kurang terkoordinasinya tindakan berbagai pihak yang berkepentingan dan kurang tersedianya informasi tentang lingkungan hidup, dan
  7. Rendahnya partisipasi masyarakat.

Berdasarkan Permasalahan diatas, maka perlu diupayakan sejak awal, sejak penyusunan rencana pembangunan, tidak hanya memikirkan pertumbuhan ekonomi yang tnggi namun juga memikirkan pelestarian lingkungan dan pelestarian budaya masyarakat yang dibangun.