MANFAAT BIOTEKNOLOGI ALIH JANIN (EMBRYO TRANSFER) UNTUK PENINGKATAN POTENSI GENETIK SAPI BALI
Kinerja atau performan suatu mahluk hidup ditentukan oleh potensi genetik yang dimilikinya dan lingkungan secara menyeluruh yang mempengaruhinya. Oleh karena itu potensi genetik yang optimal sangat diperlukan sebelum lingkungan yang sesuai dengan kebutuhannya diperoleh atau diberikan, untuk dapat menghasilkan kinerja atau produksi yang maksimal. Hal ini karena bagaimanapun baiknya lingkungan yang diberikan atau diperoleh kalau potensi genetik ternak yang bersangkutan rendah, maka kinerja yang dihasilkannya tidak akan sesuai dengan harapan yang diinginkan. Dengan kata lain lingkungan yang baik hanya akan memberikan kinerja sesuai dengan potensi genetik yang dimiliki oleh ternak yang bersangkutan.
Beberapa publikasi menunjukkan bahwa sapi Bali memiliki beberapa sifat positif sebagai ternak tropis yang ada di indonesia. Sapi Bali merupakan bangsa sapi keturunan Bos Sondaicus/Bibos banteng yang telah beradaptasi dengan baik di indonesia khususnya di Bali (Meijer, 1962), memiliki sifat reproduksi yang menyangkut angka kelahiran yang tinggi yaitu sekitar 83% (Pastika dan Darmadja, 1976; Moran, 1987), persentase karkas rata-rata 56% (Suwindra dan Darmadja,1976) serta telah akrab dengan petani khususnya di Bali yang dipergunakan untuk membantu menarik bajak terutama di daerah-daerah persawahan dengan petak-petak sawah yang tidak begitu luas dan berterasering, disamping beberapa fungsinya yang berkaitan dengan upacara adat maupun agama hindu di Bali. Namun berdasarkan analisis data performens sapi Bali oleh TIm Fakultas Peternakan, IPB tahun 1976/1977 s/d 1978/1979 dinyatakan bahwa sapi Bali secara umum mengalami penurunan potensi genetik, walaupun dibeberapa daerah mutu genetiknya masih baik (Anom,1981). Hal ini sudah tentu perlu dicermati dan mendapat perhatian para ahli/ cendekiawan, peneliti dan praktisi khususnya yang berkecimpung dibidang peternakan, mengingat tantangan dan tuntutan yang akan dihadapi dalam era globalisasi dan AFTA di tahun 2003 mendatang.
Atas dasar tujuan pembangunan yang dilaksanakan di negara kita yaitu untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, terutama para petani yang merupakan sebagian besar dari masyarakat, terutama para petani yang merupakan sebagian besar dari masyarakat indonesia termasuk masyarakat Bali. Melalui perbaikan mutu genetik sapi Bali dengan kemudian ditunjang oleh pemenuhan kebutuhan lingkungan yang sesuai, diharapkan akan diperoleh kinerja produksi sapi Bali yang mampu bersaing di era globalisasi nanti, sehingga dengan demikian akan dapat meningkatkan pendapat para pemeliharanya (petani). Sudah tentu pola pemeliharaan sapi oleh petani perlu dirubah dari pola tradisional menjadi pola agribisnis dengan produk yang berorientasi pasar, didasari oleh efisiensi serta kualitas yang tinggi dan tersedia secara kontinyu, dan bukan hanya sekedar sebagai tabungan, yang akan dijual sewaktu-waktu (tanpa rencana yang pasti) saat sipemelihara (petani) memerlukan uang.