ABDI DIES DI JEMBRANA MOLASE UNTUK KAMBING

Masyarakat mungkin belum banyak yang tahu apa itu molase?  Molase yang bahasa Inggrisnya molasses adalah hasil sampingan dari industri   pengolahan gula tebu yang masih mengandung gula dan asam-asam organik.  Di Indonesia sering juga disebut  tetes tebu.  Bentuk fisiknya cair agak kental, warnanya merah kecokelatan,  mirip dengan warna kecap.   Molase  masih mengandung sukrose sekitar 48-55%, oleh karena itu sangat baik untuk bahan baku pembuatan etanol.

Pertanyaan kemudian, bisakah diberikan ternak khususnya kambing?  Jawabannya,  bisa!  Hal tersebut telah diuji coba  oleh Prof, Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS, dari Program Studi S3 Ilmu Peternakan Pascasarjana Universitas Udayana  pada kelompok ternak kambing Selem Sari, di Desa Mendoyo Dauh Tukad, Kabupaten Jembrana.   Pemberian molase, sebenarnya untuk melengkapi konsentrat yang diberikan, sehingga ternak kambing mendapat asupan energi yang cukup untuk berproduksi.

Menurut Mahardika, kalau hanya mengandalkan hijauan saja, apalagi jumlahnya terbatas akibat kemarau seperti saat ini, maka pertumbuhan kambing pasti kurang bagus.  Oleh karena itu perlu diberi konsentrat yang diperkaya dengan molase, dalam hal ini molase yang sudah mengandung mikro organisme. Konsentrat yang diberikan bisa berupa dedak padi atau polar, ditambah urea 1,5%, kapur (CaCo3)1,5%  dan molase sekitar 500 ml untuk 100 kg konsentrat.  Konsentrat yang sudah diperkaya inilah diberikan kambing kurang lebih 300 gram/ekor/hari.

Hasil pengembangan Iptek yang sudah diuji coba tersebut dipraktekan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat dalam rangka dies natalis ke 53 Universitas Udayana di Jembrana.    Pemberian konsentrat bermolase sudah dilakukan selama satu bulan, setelah ditimbang tanggal 17 September 2015, maka pertambahan bobot badannya perhari mencapai 100 g, bahkan ada yang 130g.  Padahal, tanpa konsentrat pertambahan bobot badan kambing rata-rata 70 g perhari.

Setelah dianalisis secara ekonomi menurut Mahardika, pemberian konsentrat bermolase lebih menguntungkan dengan yang hanya menghandalkan hijauan saja.   Keuntungan lain, petani lebih hemat dengan hijauan.  Artinya, dengan pemberian konsentrat bermolase, hijauan bisa dikurangi  30-40%.  Demikian juga peternak bisa menghemat waktu untuk mencari hijauan.

Hasil di atas dibenarkan oleh Komang Parma, ketua kelompok ternak kambing Selem Sari yang menerima bantuan kambing dari pemda Jembrana. Bupati Jembrana, Putu Arta sejak satu tahun yang lalu menggulirkan program GEMPITA, yaitu bantuan ternak kambing kepada kelompok-kelompok ternak kambing di Jembrana.  Program ini mirip Simantri, milik pemprov Bali. Setiap kelompok yang beranggota 20 orang diberikan bantun 30 ekor kambing,  dengan sarana kandangnya.   Pihak pemda bekerjasama dengan Unud, dan Rektor menugaskan Prof, Dr. Ir. I Gede Mahardika, MS, dan Prof. Dr. Ir. Komang Budaarsa, MS  dari Fapet sebagai pendamping.

Pertanyaan berikutnya, dimana molase bermikroba tersebut bisa di dapat?.  Pertanyaan ini muncul dari peternak ketika pertama kali molase dikenalkan kepada mereka.   Pertanyaan yang sangat masuk akal mengingat di Bali tidak ada pabrik gula pasir.   Tetapi peternak tidak perlu khawatir, karena di Bali sudah ada peternak yang sekaligus agen yaitu Bapak Agung Wijana dari Desa Kelating, Kerambitan Tabanan.  Pak Agung adalah peternak yang sangat berpengalaman dan kreatif ini meramu molase dengan mikroba lokal.  Hasilnya tidak saja untuk campuran pakan, tetapi juga untuk membuat pupuk organik dari kotoran ternak dan mengurangi bau kandang.  Bisa dihubungi lewat no HP 085100197771.  Kandang dan tempat pembuatan pupuknya selama ini dijadikan tempat magang oleh mahasiswa Fakultas Peternakan Unud (bud).