INTEGRASI PAKAN HIJAUAN DAN TERNAK RUMINANSIA DENGAN PERKEBUNAN KELAPA

Tujuan luas dari sektor pertanian adalah mempertahankan kelangsungan swasembada pangan, meningkatkan produksi dan kualitas, baik untuk keperluan ekspor maupun untuk konsumsi sendiri, diversifikasi produksi dalam kaitan memperluas pasar melalui peningkatan produk dan peningkatan kesempatan kerja, meningkatkan produksi petani dan peningkatan nilai tambah dalam usaha pertanian, meningkatkan kemungkinan sistem integrasi berbagai komoditi pertanian dan antara pertanian dengan industry, meningkatkan dan mengembangkan program pertanian spesifik untuk kesempatan tukar menukar regional dan mencadangkan maupun melindungi sumber-sumber alam nasional.

Dalam bidang peternakan berbagai permasalahan memerlukan penanganan, diantaranya bagaimana menghasilkan bibit unggul, makanan bermutu, meningkatkan produksi hijauan, mencegah/menghapus hama dan penyakit dan meningkatkan pemasaran hasil peternakan dan pendapatan peternak. Dari segi sektor pertanian menyediakan seperempat dari total produk kasar domestik (AARD & ACIAR, 1998), dengan menyerap tenaga kerja ± 57 dari seluruh tenaga kerja yang ada. Untuk kelompok berpendapatan rendah, angkanya pasti lebih tinggi. Dengan demikian sektor pertanian dapat ditandai sebagai sektor tunggal yang memegang peranan sangat penting dalam sektor perekonomian. 

Peranan ternak yang diintegrasikan dengan tanaman bukanlah satu konsep baru. Hampir mustahil kehidupan petani tanpa memiliki ternak, kecenderungannya adalah meningkatkan pendapatan, menciptakan peluang diversifikasi pendapatan, pemanfaatan lahan yang lebih efisien, stabilisasi lahan, mempertahankan kesuburan tanah, meningkatkan kecendrungan peningkatan hasil tanaman pangan dan perkebunan dengan terkontrolnya gulma, dan penyediaan nitrogen melalui kencing dan kotoran ternak. 

Kotoran yang dikeluarkan oleh seekor sapi, menutupi permukaan tanah seluas 0,06-0,15m2, yang mengandung unsur-unsur organik rata-rata 0,06 gram. Semakin tinggi kandungan P pada makanan, unsur P yang terkandung pada kotoran yang telah dikeluarkan semakin tinggi pula, terutama ikatan dikalsium phospat (Barrow, 1987). Unsur-unsur makro Ca, Mg dan unsur mikro Fe, Mn, Zn, Cu dan Co Juga terkandung pada kotoran yang dikeluarkan.

Kencing sapi betina menutupi areal 0,25-0,5m2 tergantung pada kecepatan angin, temperatur dan mobilitas sapi. Urine umumnya mengandung 0,9% nitrogen (Doak, 1952). Kandungan ini berbanding terbalik dengan volume kencing, artinya semakin besar volume kencing kandungan prosentase N semakin rendah. Variasi kandungan N pada kencing dari 0,25% sampai 0,9%. Hampir 75%N pada kencing dalam bentuk urea yang segera menguap dalam bentuk amonia, terutama pada tanah kering.

Lahan-lahan perkebunan yang masih memberikan peluang untuk pemeliharaan ternak antara lain kebun kelapa, cengkeh, mangga dan kebun jeruk dan tanaman keras lain sepanjang masih ada sebagian sinar matahari menerobos di sela-sela tanam-tanaman tersebut yaitu dengan menanami hijauan di bawah/ diantara tanam-tanaman tersebut baik sebagai sumber hijauan yang langsung degembalai atau dengan system "cut and carry".