PERAN DNA DALAM PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN JASAD: BELAJAR HARMONI DARI TUBUH MANUSIA

Pada abad ke 5 sebelum Masehi, dramawan Yunani Sofokles, dalam sebuah karya tragedi berjudul Antigone, mengatakan: “Banyak keajaiban di dunia, tetapi tidak ada sesuatu yang lebih ajaib daripada manusia”. Meskipun kita sekarang telah berada 25 abad sesudahnya, bahkan dalam situasi kemajuan iptek yang belum pernah diimpikan sebelumnya, kata-kata Sofokles masih memiliki kebenaran.

Beragam teknologi perangkat keras dan perangkat lunak hasil ilmu pengetahuan telah kita punyai, namun ia tidak sanggup membuka pintu semua rahasia tentang manusia. Setiap percobaan untuk mencari jawaban dan untuk mengerti manusia dengan lebih baik, akan menimbulkan pertanyaan baru. Lebih dari itu, setiap usaha yang dilakukan akhirnya akan berhadapan dengan kenyataan bahwa selalu muncul perspektif baru yang tidak diduga sebelumnya.

Banyak teori yang mencoba menjelaskan apa dan bagaimana manusia itu; semakin dalam kita mencoba mengurainya dari aspek fisik, psikologis, sosial, budaya, politik, ekonomi, bahkan filsafat namun yang muncul kemudian, di samping pendapat-pendapat yang saling mengisi, juga temuan-temuan yang saling bertentangan serta pertanyaan-pertanyaan yang baru. Bagi mereka yang tidak pernah kenal lelah bagi pemecahan misteri tentang manusia, akhirnya harus mengakui betapa sosok manusia dalam berbagai
aspeknya, di antara sekian banyak hasil karya Sang Maha Pencipta, adalah ciptaan yang paling mengagumkan.

Hal serupa juga muncul ketika kita mengurai tubuh manusia. Ilmu urai tubuh manusia yang dikenal sebagai Anatomi semula adalah ilmu yang dianggap statis atau “cabang kering dari pohon biologi”. Namun , sejalan dengan pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, para ahli telah dapat memilah-milah secara rinci struktur tubuh manusia sampai pada satuan hidup atau mahluk terkecil, yang tidak dapat diperkecil lagi, yaitu sel.

Sel untuk pertama kali ditemukan lebih dari 300 tahun yang lalu, tidak lama setelah mikroskop pertama dibuat. Pada abad ke-19, telah menjadi nyata bahwa semua organisme hidup terbuat dari sel. Sejak itu pula, penelitian terhadap tubuh manusia ke arah lebih dalam semakin menggairahkan. Tubuh manusia mulai terbentuk saat sel telur dibuahi oleh spermatozoa. Sesudah menempuh berbagai rintangan yang berat, dengan penuh perjuangan, dari 200-400 juta ekor spermatozoa yang dituangkan dalam alat reproduksi perempuan, hanya satu spermatozoa yang berhasil menembus sel telur. Sementara itu, perempuan hanya menyediakan satu sel telur yang paling berkualitas untuk dicalonkan sebagai bakalan manusia, sesudah melewati kompetisi dengan 15-20 sel telur lainnya. Sungguh suatu peristiwa yang sangat mengharukan, tubuh kita dibentuk oleh sperma pemenang ayah dan sel telur yang paling bermutu dari ibu.

Sesudah proses fertilisasi terjadi, maka muncullah peristiwa demi peristiwa yang sangat mengagumkan; di bawah ini hanyalah beberapa di antaranya:

  1. Tubuh manusia mengandung satu trilyun sel untuk setiap kilogramnya. Padahal kita tahu bahwa manusia memulai kehidupannya dari satu sel zigot, yaitu sel telur perempuan (ovum) yang telah difertilisasi oleh spematozoa. Pertanyaannya berikutnya adalah, bagaimana mungkin dan kekuatan apakah yang bisa membuat sel ini membelah berulang-ulang untuk menghasilkan banyak sel yang berbeda dalam sebuah pola dengan presisi dan kompleksitas yang spektakuler?
  2. Jika telah mencapai stadium dua-sel, zigot akan mengalami serangkaian pembelahan mitotik. Namun setelah suatu tahap duplikasi tercapai, sel induk, sel anak dan sel cucu yang semula identik satu dengan yang lainnya, berubah bentuk menjadi sel-sel dengan fungsi berbeda. Dan ketika berubah, sekalian potensinya juga menjadi berkurang. Dari yang
    bersifat totipoten berkembang menjadi beragam jenis sel yang pluripoten, multipoten sampai monopoten yang hanya berkembang menjadi sel sejenis. Bahkan ada sekelompok sel yang rela mati dengan cara apoptosis untuk memberi kesempatan sel lainnya menyempurnakan fungsinya. Siapakah yang mengatur diferensiasi ini? Siapakah yang “menyuruh” segerobolan sel yang serupa berubah menjadi sel saraf, menjadi sel tulang, sel otot dan sebagainya dan mau berkorban kehilangan tingkat potensinya, bahkan rela mati dengan kemauannya sendiri mendahului kawan-kawannya?
  3. Sesudah terbentuknya jaringan dan organ, setiap struktur kemudian menempati posisi yang telah tertentu dengan peta yang sama dan konsisten untuk setiap manusia. Di setiap tubuh manusia kita menjumpai mata berada di kepala, lambung di dalam perut atas, kelenjar tiroid di leher, kaki di bawah dan seterusnya. Mengapa otak tidak di dengkul, paru-paru di pantat atau buah dada di sembarang tempat saja? Kekuatan apa yang mengatur berlakunya the right organ on the right place yang berlaku persis sama untuk setiap individu?
  4. Ketika lokasi yang definitip telah ditempati, setiap melanjutkan proses pertumbuhan dan perkembangannya sampai mencapai besar atau ukuran yang seolah-olah telah ditetapkan. Pada usia dewasa, tubuh tidak terus bertambah tinggi, bola mata tidak akan melebihi besarnya sebuah kelereng, jantung tidak lagi bertambah besar ketika ukurannya mencapai kepalan tangan. Siapa yang mengerem proses tumbuh kembangnya itu?
  5. Meskipun sel-sel telah menjadi berbeda bentuk, ukuran dan fungsinya dan tersebar di seluruh tubuh, namun dalam melakukan “swadarma”nya masing-masing, mereka tetap mengadakan komunikasi. Mereka tetap “berbicara” lewat hubungan-hubungan langsung seperti misalnya hubungan parakrin dan jukstakrin atau komunikasi jarak jauh melalui “kabel” oleh sistim saraf dan melalui mekanisme “nirkabel” oleh hormon yang diproduksi sistim endokrin. Melalui hubungan ini seluruh sel, jaringan, organ dan sistim bekerja sangat terkoordinasi dan terintegrasi untuk menjaga integritas tubuh. Hubungan antar sel ini juga menjamin mereka menjadi terpelihara pertumbuhannya. Tulang akan menjadi rapuh kalau tidak ada otot, otot akan menjadi lumpuh kalau saraf yang melayaninya mengalami kerusakan, saraf bisa tidak berfungsi kalau kehilangan suplai darah dari pembuluh darah dan seterusnya. Siapa yang mengatur hidup saling tergantung?