MPR Goes to Campus Universitas Udayana, Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno Dorong Civitas Akademika Beri Masukan Mengenai Kebijakan Energi Terbarukan

Denpasar – Seminar Kebangsaan MPR Goes to Campus dilaksanakan di Universitas Udayana (Unud), Bali yang mengangkat tema Urgensi Transisi Energi Mencegah Dampak Perubahan Iklim bertempat di Ruang Pertemuan dr. A.A Made Djelantik Fakultas Kedokteran Unud Kampus Sudirman Denpasar, Jumat (16/5/2025). Melalui Seminar Kebangsaan bersama Universitas Udayana ini diharapkan menjadi ruang untuk menemukan solusi kebijakan terbaik untuk mencegah dampak krisis iklim dan mempercepat transisi menuju energi terbarukan. Kegiatan ini dihadiri civitas akademika dilingkungan Unud dengan dua pemateri yakni Wakil Ketua MPR RI Dr. Eddy Soeparno, SH.,MH dan Guru Besar Fakultas Teknik Unud Prof. Ir. Ida Ayu Dwi Giriantari, M.Eng.Sc.,Ph.D.,IPM.,ASEAN Eng.

Rektor Unud Prof. Ir. I Ketut Sudarsana, ST.,Ph.D dalam sambutannya menyampaikan isu perubahan iklim bukan lagi isu global semata, melainkan sudah menjadi persoalan nyata yang dihadapi bersama di tingkat nasional dan lokal. Semua pihak harus bergerak cepat dan berani melakukan transisi menuju energi yang bersih dan terbarukan. Tema seminar ini sangat selaras dengan amanat konstitusi, yang menegaskan bahwa setiap warga negara berhak untuk hidup dalam lingkungan yang baik dan sehat. Ini bukan sekadar hak individu, tetapi juga tanggung jawab kolektif bersama, termasuk kalangan akademisi.

Universitas Udayana sebagai institusi pendidikan tinggi terus berupaya untuk menjadi bagian dari solusi. Melalui riset, inovasi teknologi, dan pengembangan kurikulum yang adaptif terhadap isu lingkungan, Universitas Udayana berkomitmen mendukung percepatan transisi energi. Rektor percaya bahwa kampus adalah tempat strategis untuk menumbuhkan kesadaran kritis generasi muda dan melahirkan pemimpin masa depan yang berwawasan lingkungan.

"Kami menyambut baik ajakan MPR RI untuk berdiskusi, bertukar pikiran, serta memberikan masukan terhadap arah kebijakan energi dan lingkungan di masa yang akan datang, terlebih dalam konteks pemerintahan baru yang menargetkan pertumbuhan ekonomi tinggi yang harus sejalan dengan keberlanjutan lingkungan," ucap Rektor Unud.

Wakil Ketua MPR RI Dr. Eddy Soeparno, SH.,MH dalam paparannya menyampaikan Pemerintahan Prabowo-Gibran memiliki target pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen, dan tentunya permintaan energi akan meningkat. Untuk mempersiapkan permintaan ini, Indonesia harus meningkatkan pasokan energi  namun tetap memperhatikan isu-isu lingkungan. Bauran energi terbarukan saat ini sekitar 14 persen, jauh dari target 23 persen di tahun 2025. Berdasarkan RPP Kebijakan Energi Nasional, bauran energi terbarukan di tahun 2025 disesuaikan menjadi 17-19 persen. Indonesia memiliki sumber energi terbarukan yang sangat besar, dimana potensi energi solar (matahari) paling besar disamping panas bumi, air, angin, arus laut dan lainnya. Di tengah melimpahnya sumber energi didalam negeri, kebutuhan energi nasional ternyata masih bergantung pada impor khususnya BBM dan LPG.

Pentingnya ketahanan energi, dimana di Indonesia saat ini termasuk sangat rentan karena tingginya volume impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sesungguhnya Indonesia mampu mencapai kemandirian energi nasional melalui transisi energi, dengan mengoptimalkan segenap sumber energi terbarukan di dalam negeri. Sehingga akan mengurangi ketergantungan pada energi yang selama ini diimpor.

“Saatnya kampus terlibat aktif memberikan usulan kebijakan yang berbasis riset dari kampus, MPR RI siap memfasilitasi keikutsertaan kampus dari aspek kebijakan, legislasi dan pengawasan. MPR RI juga siap mendorong agar pemerintah memperkuat kolaborasi dengan kalangan akademisi dan kampus untuk pengembangan kebijakan energi terbarukan, salah satunya Universitas Udayana yang memiliki peran sangat penting dalam riset dan inovasi,” ungkapnya.

Sementara Narasumber Prof. Ir. Ida Ayu Dwi Giriantari, M.Eng.Sc.,Ph.D.,IPM.,ASEAN Eng. dalam materinya yang berjudul Urgensi Transisi Energi Pencegah Dampak Perubahan Iklim menjelaskan bahwa transisi ke energi terbarukan merupakan langkah mitigasi penting untuk mengurangi emisi gas rumah kaca penyebab perubahan iklim. Penggunaan sumber energi bersih seperti matahari, angin, dan air dapat menggantikan ketergantungan pada bahan bakar fosil khususnya batu bara, dimana batu bara menyumbang sekitar 61 persen dari pembangkitan listrik. Ketergantungan ini memperburuk emisi gas rumah kaca dan mempercepat laju perubahan iklim, sehingga transisi ke energi terbarukan menjadi strategi mitigasi yang mendesak.