Digelar lagi, Teras Fisip Bahas Feminisme

Suasana screening film dalam acara Teras Fisip

 

            Kembali digelar, Teras Fisip kali ini hadir dengan konsep yang sama namun membawa topik bahasan yang berbeda. Kali ini Teras Fisip membahas mengenai feminisme. Kegiatan yang dilaksanakan pada 27 Oktober 2017 ini digelar di Gedung B, FISIP, Universitas Udayana. Dengan konsep screening film, Badan Eksekutif Muda (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Udayana mengajak khalayak umum bergabung dalam kegiatan yang bertajuk “Teras Fisip Seri Kajian Feminisme” ini.

 Adapun film yang diangkat dalam kesempatan ini adalah “Tiga Dara”. Melalui Tiga Dara, diharapkan dapat membawa kembali diskursus tentang feminisme dengan menganalisis bagaimana relasi antara karakter dan stereotipe gender yang didepiksikan di film ini, dengan nilai-nilai yang dimapankan oleh patriarki. Film Tiga Dara dipilih untuk diangkat sebagai mewakilkan topik bahasan pada kesempatan ini adalah karena film ini berisikan cerita yang dibalut dengan isu feminisme dalam era nya, dan juga merupakan usulan dari rekan-rekan di Perpustakaan Jalan Denpasar.

            Acara dimulai pada pukul 19.30 hingga sekitar 21.30 dimulai dengan pembukaan dan dilanjut dengan screening film, dan selanjtnya diadakan sesi diskusi. Dalam sesi diskusi ini juga didatangkan pemantik diskusi yakni Fatiha Sabiella Rahma dari Ilmu Hukum dan juga Cut Nur Sabilla dari Program Studi Kesehatan Masyarakat. Dan demi keberlangsungan acara dapat berjalan dengan baik, tentu para panitia penyelenggara telah melakukan segenap persiapan. Yang dimulai degan menentukan topik bahasan, film yang diangkat, serta persiapan  teknis lain nya yang sudah dipersiapkan dari sekitar satu bulan yang lalu.

            Peserta yang hadir dalam kesempatan ini berjumlah sekitar 30 orang yang datang dari berbagai latar belakang, ada juga yang hadir dari komunitas Perpustakaan Jalan Denpasar, dari lingkungan FISP sendiri, dan juga tentu nya khalayak umum lain nya. Menurut Anang, selaku penanggung jawab kegiatan, perlu ada wadah seperti yang dilaksanakan dalam Teras Fisip ini, karena diskusi yang bersifat formal lambat laun makin berkurang peminatnya, jadi diharapkan melalui Teras Fisip dapat menjadi panggung wacana baru khususnya bagi mahasiswa Universitas Udayana, kembali lagi pada hakikat mahasiswa yang sedikit demi sedikit sudah menghilang “rasa” mahasiswa-nya. (Silya)