Heboh Bakteri Meningitis Pada Babi, Bagaimana Kita Bersikap?

Prof. Dr. Ir. Komang Budaarsa, M.S.

Masyarakat Bali saat ini sedang dihebohkan oleh kabar ditemukannya pasien yang menderita Meningitis Streptococcus suis (MSs), bakteri yang terdapat pada daging babi. Bahkan, Dinas Kesehatan Kabupaten Badung sudah menetapkan kasus serangan bakteri yang menyebabkan puluhan orang dinyatakan suspect (dicurigai) terjangkit Meningitis Streptococcus suis ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).

Sayang, viralnya berita mengenai serangan bakteri ini di masyarakat tidak dibarengi dengan informasi yang lengkap dan akurat. Sehingga, dampak yang ditimbulkan cukup besar, terutama untuk para pedagang daging babi maupun olahannya karena masyarakat menjadi takut bahkan cenderung phobia untuk mengkonsumsi daging babi. Kondisi ini diperparah dengan dekatnya hari Raya Galungan di mana masyarakat menjadi dilema dalam bersikap.

Bagaimana tanggapan Prof. Dr. Ir. Komang Budaarsa, M.S., Guru besar di Fakultas Peternakan Universitas Udayana tentang kasus ini?

Jangan Panik

Menurut Prof. Dr. Ir. Komang Budaarsa, MS, masyarakat tidak boleh panik dan bersikap tenang dalam menghadapi kasus ini. Masyarakat harus diedukasi, apa dan bagaimana sebenarnya MSs itu. Faktanya tidak semua babi yang ada di Bali terinfeksi MSs.  Streptococcus suis (S.s)  memang salah satu bakteri yang sumber penularannya pada babi.  Sebenarnya keberadaan bakteri tersebut bukanlah hal baru. Sudah sekitar 20 tahun terakhir  bakteri tersebut menjadi masalah pada peternakan babi, karena tidak saja menginfeksi babi,  tetapi juga dapat menginfeksi manusia (Zoonosis). 

Gejala Babi yang terinfeksi S.s

  • Kebengkakan pada sendi kaki baik kaki belakang maupun kaki depan.
  • Suhu tubuhnya  naik.
  • Babi tidak mau makan/nafsu makan menurun.
  • Kulitnya kelihatan kemerahan, baik pada babi putih maupun babi hitam.
  • Ingusan dan ngorok.
  • Sering juga diikuti dengan konstipasi/susah berak.
  • Ada juga yang batuk darah.

Jika babi bisa bertahan hidup, melampaui masa akut akan terlihat gejala kelumpuhan dan menyerat kakinya saat berjalan.  Gejala demikian memang kadang ada kesamaan dengan gejala penyakit lain. Langkah paling aman jika ada gejala-gejala demikian cepat melapor kepada petugas kesehatan hewan kecamatan atau temui dokter hewan terdekat.

Dapat Dicegah

             Lantas, bagaimana masyarakat dapat mencegah agar terhindar dari infeksi bakteri Meningitis Streptococcus suis ini?

Untuk dapat mengindari, tentunya harus diawali dengan pemahaman mengenai proses penularan bakteri itu sendiri. Prof. Dr. Ir. Komang Budaarsa, M.S., yang juga ketua Asosiasi Ilmuwan Ternak Babi Indonesia ini menyatakan bawha bakteri Meningitis Streptococcus suis dapat ditularkan melalui kontak kulit dengan babi terinfeksi, terutama kalau kulit kita luka serta mengkonsumsi daging babi yang masih mentah atau diolah tidak dengan matang. 

Dari beberapa literatur melaporkan bahwa bakteri S.s akan mati pata suhu 56oC, dan akan mati juga dengan desinfektan.  Oleh karena itu memasak daging babi dengan matang di atas 60oC wajib dilakukan. Kebiasaan makan lawar barak dengan darah segar untuk sementara dihentikan dulu. Komoh (kuah) kalau dimasak dengan matang sampai mendidih (ngerodok), pastilah aman. 

Babi Akan Tetap Sehat Pada Kandang Yang Bersih

Pencegahan

  • Menyemprot kandang babi dengan desinfektan seminggu sekali.
  • Menjaga kebersihan kandang, tempat pakan dan minum.
  • Jangan memberikan pakan dari limbah hewan yang sakit.
  • Jangan memotong babi yang sakit.
  • Jangan membuang limbah pemotongan sembarangan.

Pengobatan

  • Biasanya dokter hewan  memberikan preparat penisilin, oxytetracyclin dan kanamycin.

Babi Guling? Aman.

Pihak yang yang paling terkena imbas dari kasus ini adalah para penjual babi guling serta peternaknya. Maka dari itu, pemahaman mengenai bakteri ini sangat perlu diketahui masyarakat luas, kalau tidak dampaknya akan semakin parah. Survei terakhir (Februari 2017) di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung masing-masing terdapat 71 rumah makan babi guling.   Rata-rata menghabiskan satu ekor babi guling setiap hari.  Dari dua wilayah itu saja diperlukan 142 ekor babi setiap hari untuk babi guling yang dijual di rumah makan. Bisa dibayangkan dampaknya jika warung makan tersebut bangkrut.

 

Proses Pengukuran Suhu Daging Babi Guling

Konsumen babi guling tidak perlu khawatir karena:

  • Bakteri S.s akan  mati pada suhu 56oC
  • Hasil penelitian saya menunjukkan babi guling dengan berat antara 20 - 40 kg akan matang pada suhu 110oC selama kurang lebih 2 jam.   Artinya, bakteri S.s pastilah mati pada suhu tersebut.
  • Peralatan lain yang dipakai dalam proses pembuatan dan penyajian babi guling harus bersih.

Demikian juga  saudara kita di di Desa Timrah  Karangasem yang ketika Ngusaba Dalem mempersembahkan sampai 850-an babi guling dan di Desa Bugug Karangasem ketika melaksaanakan upacara mapinton  saat piodalan di pura Bukit Gumang, mempersembahkan ribuan babi guling. “Jangan sampai gara-gara bakteri S.s, mereka takut mempersembahkan sesaji babi guling” tutupnya. (narabhumi)