PROSPEK SISTEM PRODUKSI HIJAUAN TERPADU PADA LAHAN KERING DIKAITKAN DENGAN PELESTARIAN LINGKUNGAN

Pulau Bali dengan luas 563.286 km2 sebanyak 450.000 ha adalah lahan pertanian dan 54% diantaranya lahan kering serta 22% lahan perkebunan (Anon, 1990). Karena terbatasnya lahan, sedangkan populasi penduduknya padat yaitu sebanyak 2,7 juta pada tahun 1992, maka pengembangan pariwisata budaya ataupun agribisnis merupakan pengembangan alternatif. Untuk melestarikan pariwisata tersebut diperlukan dukungan dari semua pihak khusunya dari sektor petemakan didalam menyediakan hasil ternak secara continyu dan berkualitas.

Lahan kering dengan 4-5 bulan basah (Suama, 1990) di kategorikan cukup riskan untuk mengembangkan palawija, namun potensial untuk pengembangan petemakan. Anon, (1990) mendapatkan bahwa sumber ternak untuk pulau Bali berasal dari Kabupaten Karangasem dan Buleleng yang tergolong lahan kering. Lebih jauh Putra dan Arga (1979) menyatakan bahwa hal tersebut dimungkinkan karena petemakan pada lahan kering merupakan komponen pendapatan petani. Namun, pembatas perkembangan temak adalah terbatasnya hijauan pakan pada musim kering. Pada musim kering, lahan gersang dan berwarna kecoklatan karena rerumputan mengering, daun semak dan pepohonan rontok, sehingga seolah-olah tidak ada kehiduppan. Pada saat tersebut kondisi temak merosot sebagai akibat kekurangan hijauan dan air minum. Kondisi tersebut bertambah buruk karena saat tersebut temak dikerjakan untuk mengolah lahan. Pengolahan tersebut dilakukan untuk mencegah keterlambatan waktu bertanam palawija pada permulaan musim hujan. Disamping itu pada musim hujan tanah liat menjadi lengket sehingga sulit diolah. Umumnya untuk menambah persediaan hijauan paka, petani mencari hijauan ke tempat basah yang jaraknya relatif jauh dengan biaya transport yang mahal. Dilain pihak pada musim hujan hijauan dari rerumputan, daun semak/pohon dan jerami palawija yang segar tersedia berlimpah dengan kualitas baik.

Tampaknya fluktuasi pertumbuhan temak sangat tergantung dari musim yaitu pertumbuhannya cepat pada musim hujan dan sebaliknya pada musim kemarau. Untuk meningkatkan produktivitas temak, kontinuitas menyediakan hijauan berkualitas sepanjang tahun mutlak diperlukan. Di dalam pengaturan tersebut peranan sistem hijauan terpadu sangat menunjang untuk kontinuitas penyediaan hijauan pakan.